Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin

Saya Arif Kurniawan dari SMKN 9 Malang, calon Guru Peggerak Angkatan 9 dari Kota Malang. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya sampaikan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan refleksi bagi kita Bersama sebagai seorang pendidik.

Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Bob Talbert)

Pendidikan merupakan upaya yang disadari untuk mempersiapkan peserta didik melalui berbagai kegiatan seperti bimbingan, pengajaran, dan latihan agar mereka siap mengemban peran di masa depan. Esensinya, pendidikan bertujuan mengembangkan potensi individu dan menuju tujuan agar mereka menjadi manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi peserta didik bertujuan membangun karakter pribadi, sehingga mereka dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Sebagai lembaga moral, sekolah merupakan representasi miniatur dunia yang berperan dalam membentuk budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan nilai-nilai yang dianggap penting oleh sekolah menjadi teladan bagi murid.

Seorang pendidik diharapkan menjadi contoh bagi murid-muridnya, yang tercermin dalam perilaku sehari-hari. Seorang pendidik menjadi panutan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah, bahkan di lingkungan tempat tinggal.

Dalam menjalankan perannya, seorang pendidik harus memberikan kontribusi positif bagi peserta didik. Setiap keputusan yang diambil harus berpihak pada kebaikan murid dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Pendidik menyadari bahwa setiap keputusan mencerminkan integritas sekolah, menentukan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, dan menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, seorang pendidik selalu berusaha menanamkan karakter dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik, sejalan dengan kalimat bijak berikut:

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

 

Dengan memahami pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses membimbing siswa dengan memperkuat karakter dan norma-norma, sehingga mereka dapat menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan, dan kebenaran dalam menjalani kehidupan mereka. Generasi yang akan datang akan mencerminkan kualitas pendidikan saat ini, seperti menciptakan karya terbaik yang akan memberikan warna pada masa depan negara ini.

Setelah memahami konsep di atas, berikut adalah pendekatan dalam mengevaluasi hubungan antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak, terutama terkait dengan pengambilan keputusan.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bersama Pratap Triloka memiliki dampak signifikan terhadap cara seorang guru mengambil keputusan dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran.

Prinsip-prinsip yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang hingga kini tetap menjadi dasar bagi para pendidik, adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberikan teladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus memberikan dorongan, semangat, dan motivasi dari pusat), Tut Wuri Handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan dari belakang). Artinya, seorang pemimpin, dalam konteks ini seorang guru, diharapkan dapat menjadi teladan, memberikan semangat dan motivasi dari pusat, serta memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan siswa. Semboyan ini memiliki makna mendalam dan dapat dijadikan dasar dalam setiap pengambilan keputusan, dengan fokus pada keputusan yang selalu mengedepankan kepentingan siswa agar mereka berkembang menjadi generasi yang cerdas dan berakhlak, sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Pendekatan ini dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menekankan konten kurikulum, tetapi juga menekankan transfer nilai-nilai kebajikan secara eksplisit pada setiap pembelajaran dan keteladanan dalam setiap pengambilan keputusan, menunjukkan tanggung jawab dalam proses pengambilan keputusan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Watak dan perilaku seseorang kadang-kadang mencerminkan nilai-nilai yang telah tertanam dalam dirinya. Fenomena ini juga akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang diterapkan saat seseorang akan membuat keputusan. Sama halnya dalam proses pengambilan keputusan yang berintegritas dan bertanggung jawab, aspek-aspek seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial akan memberikan dukungan dalam mewujudkan sikap Tut Wuri Handayani. Seorang pendidik dapat mencapainya dengan memberikan dorongan baik secara moral maupun materi kepada seluruh anggota sekolah. Nilai-nilai kebajikan yang melekat pada diri seorang pendidik akan memberi warna pada setiap keputusan yang diambil. Kejujuran dan integritas, sebagai bagian dari karakter seorang pendidik, akan tercermin dalam keteladanan dan kebijaksanaan yang termanifestasi dalam setiap keputusan yang diambil.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang memerlukan pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini memerlukan langkah-langkah yang mengikuti prinsip tertentu, terutama karena keputusan yang diambil seringkali berdampak pada masa depan organisasi, terutama dalam konteks keputusan strategis. Salah satu faktor kunci dalam pengambilan keputusan yang dapat memberikan bantuan yang signifikan adalah keterampilan coaching. Sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kemampuan coaching.

Pada saat pembelajaran berlangsung, pendampingan dalam menghadapi pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching yang dilakukan oleh fasilitator dianggap sangat efektif dalam membantu pemahaman saya.

Beberapa contoh praktik coaching dapat memberikan gambaran komprehensif yang dapat diadopsi di lingkungan sekolah. Keputusan yang diambil dengan pendekatan coaching yang didasarkan pada etika dan nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi dan misi sekolah yang mendukung siswa serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Teknik coaching dilakukan dengan prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan memerintah, melainkan menciptakan rasa nyaman. Ini memungkinkan coach untuk mengidentifikasi masalah dan mengajukan pertanyaan yang substansial kepada coachee. Begitu juga coachee, yang merasa nyaman untuk mengungkapkan hambatan-hambatan yang dihadapi dan mencari solusi yang sesuai. Ini terjadi karena coach mampu menjadi pendengar yang baik, membantu merinci masalah melalui pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Dengan pendekatan coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang coach yang baik, guru memiliki harapan agar siswanya dapat menjalankan tugas dan kewajiban sekolah dengan baik.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Ketrampilan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional memiliki dampak yang besar pada proses pengambilan keputusan. Dalam setiap keputusan yang diambil, guru diharapkan mengacu pada nilai-nilai kebajikan dan peraturan yang berlaku, dengan memandu diri menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan. Dua landasan ini membantu menganalisis dan membedakan antara dilema etika atau godaan moral.

Sensitivitas sosial emosional seseorang akan membangun empati dan simpati, memungkinkan mereka untuk memahami dan merasakan pengalaman peserta didik. Dengan simpati dan empati, guru dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana ketika harus membuat keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus bertindak dengan memprioritaskan kepentingan murid. Setiap keputusan yang diambil harus mempertimbangkan banyak faktor yang berkaitan dengan murid, didasarkan pada etika dan nilai kebajikan yang terkait dengan empat paradigma, yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan, dan jangka pendek vs jangka panjang. Selain itu, pengambilan keputusan guru harus mengikuti tiga prinsip, yakni prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Semua langkah ini dijalankan melalui proses 9 langkah.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan kasus studi yang berfokus pada aspek moral atau etika dapat meningkatkan kemampuan empati dan simpati seorang pendidik. Seorang pendidik yang telah terlatih akan memiliki tingkat empati dan simpati yang tinggi, memungkinkan mereka mengidentifikasi dan memahami dilema etika dengan lebih baik, sehingga pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dapat dilakukan dengan bijaksana.

Ketika menghadapi pengambilan keputusan, pendidik tetap mengacu pada keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid, dengan harapan dapat menemukan solusi yang tepat untuk setiap permasalahan yang muncul. Kemampuan seorang pendidik untuk menganalisis permasalahan dari berbagai perspektif dan membedakan apakah itu dilema etika atau bujukan moral sangat penting.

Pada saat seorang pendidik menghadapi kasus yang menitikberatkan pada aspek moral dan etika, keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Jika nilai-nilai yang dianut bersifat positif, maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianut tidak sejalan dengan kaidah moral, agama, dan norma, keputusan yang diambil cenderung didasarkan pada kebenaran versi pribadi. Selain itu, pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan kecermatan dalam pengambilan keputusan, memungkinkan pendidik untuk dengan jelas membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. Keputusan yang diambil akan menjadi lebih akurat dan dapat memenuhi kebutuhan murid, menciptakan keselamatan, dan kebahagiaan semua pihak berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Setiap keputusan yang diambil, baik secara langsung maupun tidak langsung, memiliki dampak signifikan pada pelaksanaan pembelajaran dan kondisi di sekolah. Penting untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil adalah tepat dan bijak, didasarkan pada nilai-nilai kebajikan, keteladanan, dan kebijaksanaan, serta tidak melanggar norma. Dengan landasan ini, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Hal ini bertujuan agar para murid dapat belajar dengan baik dan mengembangkan kompetensi mereka secara optimal.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Proses pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan tiga prinsip penyelesaian dilema, yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), atau Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang tengah dihadapi. Walaupun setiap pengambilan keputusan ada resiko, pro-kontra, hal ini menjadi sebuah pengalaman dan tantangan yang akan menjadikan diri semakin matang. Dalam pengambilan keputusan terkait kasus-kasus dilemma etika, saya menghadapi tantangan berupa perasaan tidak nyaman karena sulit memuaskan semua pihak. Namun, dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan, saya dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang diambil menjadi lebih dapat diterima.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang memerdekakan murid menciptakan konsep merdeka belajar, di mana mereka bebas mengejar sukses dan kebahagiaan sesuai minat dan potensi tanpa tekanan. Guru berperan sebagai fasilitator, membantu mengembangkan bakat dan minat murid. Kurikulum merdeka di SMK, khususnya di kelas XI, mengintegrasikan materi ke dalam satu mata pelajaran untuk memberikan pemahaman menyeluruh. Model pembelajaran berdiferensiasi memenuhi kebutuhan individual siswa, dengan fokus pada pengembangan bakat dan keahlian mereka. Guru menjadi fasilitator dengan penekanan pada penerapan keterampilan sosial emosional, memperkuat peran mereka dalam membimbing dan meningkatkan keterampilan murid.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran tentu akan menghasilkan dampak signifikan, baik jangka panjang maupun pendek, terhadap murid. Setiap keputusan yang dibuat dan tindakan yang dilakukan akan menjadi catatan dan menjadi contoh tentang cara berpikir dan bertindak bagi murid di masa depan. Hal ini memberikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus dilakukan dengan tepat, benar, dan bijak melalui analisis mendalam atas kebenaran dan ketepatannya. Pengujian yang melibatkan lima uji (legal, regulasi, instuisi, publikasi, dan panutan/idola) diperlukan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil akurat dan teruji.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Dalam prinsip KHD disebutkan bahwa seorang guru seperti seorang petani yang menanam tanaman, petani harus merawatnya sampai tanaman menghasilkan panen. Dalam merawat tentu banyak halangan misalnya gulma, rumput dan sebaganya. Begitu juga dalam mendidik murid, maka terkadung mengalami kasus-kasus dilematik pada murid yang akan mengganggu tumbuh kembang murid, dan sebagai guru maka harus berusaha menghilangkan ganguaan tersebut agar anak tersebut dapat menjadi individu yang berguna bagi dirinya dan masyarakat.

Dalam membuat Keputusan, maka diperlukan ketenangan, mindfulness, agar Keputusan yang diambil benar-benar tepat. Dengan mindfulness maka fakta-fakta yang ada dapat dilihat dengan sudut pandang yang jernih. Selain itu secara teknis dalam menghadapi perosal-personal yang terkait kasus-kasus tertentu, baik itu siswa maupun guru, perlu dilakukan dengan pendekatan restitusi agar Keputusan yang diambil bersumber dari pihak-pihak yang terlibat, dengan harapan lebih mudah diterima.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Menurut saya, suatu hal yang tidak terduga adalah bahwa pengambilan keputusan tidak hanya bergantung pada pemikiran dan pertimbangan semata, melainkan juga memerlukan paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian. Ini bertujuan agar keputusan yang diambil dapat mencapai target yang tepat dan memberikan manfaat kepada banyak orang. Selain itu, dalam konteks personal, sikap keberanian sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan, dengan semua konsekuensi yang ditimbulkan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mengeksplorasi modul ini, Ketika saya menghadapi dilema etika dalam pengambilan keputusan, tindakan saya hanya didasarkan pada pertimbangan dan pemikiran sendiri. Saya merasa yakin bahwa keputusan yang saya ambil sesuai dengan aturan dan tidak berdampak merugikan banyak orang. Setelah mempelajari modul ini, pengetahuan saya semakin bertambah dan sadar tentang cara-cara pengambilan keputusan yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah tertentu yang berakar pada paradigma dan prinsip-prinsip yang telah dipelajari.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Modul ini mempengaruhi pola pikir saya secara signifikan. Sebelumnya, saya berpikir bahwa regulasi dan norma sosial sudah mencakup dasar pengambilan keputusan, namun sekarang saya menyadari adanya konsep yang lebih kompleks. Dalam konteks ini, ada empat paradigma dilemma etika, yaitu individual vs community, justice vs mercy, truth vs loyalty, short term vs long term. Semua ini didasarkan pada tiga prinsip dan sembilan langkah. Saya berencana menerapkan landasan ini dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dan dalam kebijakan sekolah serta praktik di komunitas. Dengan demikian, saya yakin keputusan yang saya ambil akan lebih tepat dan akurat, selalu berpihak pada kepentingan murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi dari modul 3.1 ini sangat penting dan memiliki makna yang mendalam bagi saya. Saya menyadari bahwa dalam berbagai situasi dan peran, kita akan dihadapkan pada permasalahan yang menuntut pengambilan keputusan. Keputusan ini akan membentuk kebijakan yang akan mempengaruhi perjalanan sekolah dalam mencapai merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Untuk mencapai hal tersebut, seorang guru perlu memiliki keterampilan pengambilan keputusan yang mencakup nilai-nilai kebajikan. Landasan dalam pengambilan keputusan ini mencakup 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip. Keputusan juga harus melalui lima uji, yaitu uji legal, Uji Intuisi, Uji Publikasi, dan Uji Panutan/Idola.

Meskipun saya telah menguraikan keterkaitan antar materi, saya menyadari bahwa masih banyak yang perlu dipelajari. Saya mengharapkan masukan yang dapat menjadi motivasi bagi saya untuk terus belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi orang lain. Saya percaya bahwa guru yang bergerak dapat menjadi pendorong kemajuan Indonesia.

Arif Kurniawan

Ayah, Guru dan Pemanah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *