Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari setiap murid dalam kelas. Pendekatan pembelajaran ini menyadari bahwa setiap murid memiliki kesiapan belajar, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda. Tujuan utama dari pembelajaran berdiferensiasi adalah menciptakan pengalaman belajar yang relevan, menantang, dan bermanfaat bagi setiap murid, sehingga mereka dapat mencapai potensi belajar mereka yang maksimal.

Namun, dalam pelaksanaannya di kelas, tidak mungkin pembelajaran dilakukan dengan cara individu atau guru melayani kebutuhan setiap murid. Namun murid dikelompokkan berdasarkan kesiapan belajar, minat dan profil belajarnya. Berdasarkan pengelompokan tersebut maka guru dapat melakukan diferensiasi pada konten, proses, maupun produk. Sedangkan untuk mengelompokkan murid dapat dilakukan dengan survey sederhana atau teknik-teknik lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi aspek-aspek kesiapan belajar murid.

Untuk lebih mudah dalam menggambarkan pembelajaran bersiferensiasi, maka bisa diluhat pada diagram Frayer berikut ini.

Dalam prakteknya pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat dilakukan dengan beberapa contoh berikut ini:

  1. Menyusun kelompok belajar berdasarkan tingkat kemampuan siswa.
  2. Menyediakan pilihan tugas atau proyek yang memungkinkan siswa untuk mengejar minat dan kekuatan mereka.
  3. Memberikan dukungan ekstra, seperti tutor atau bimbingan, kepada siswa yang memerlukan.
  4. Menggunakan teknologi pendidikan untuk memberikan sumber daya tambahan atau akses ke materi yang berbeda.
  5. Menerapkan perubahan dalam metode pengajaran dan penilaian sesuai dengan kebutuhan siswa.
  6. Melibatkan siswa dalam perencanaan pembelajaran mereka sendiri, sehingga mereka merasa memiliki proses belajar.

Berikut ini akan diberikan contoh untuk memberikan gambaran bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal.

Di awal pembelajaran guru ingin mengetahui profil belajar murid dilihat dari preferensi gaya belajarnya. Maka guru membuat sebuah survey sederhana untuk mengidentifikasi gaya belajarnya. Dari survei tersebut dapat diketahui apakah seorang murid memiliki gaya belajar secara visual, auditori atau kinestetik.

Dari hasil survei tersebut, maka guru dapat melakukan diferensiasi konten agar setiap gaya belajar dapat terfasilitasi. Misalnya dalam mata pelajaran pemrograman berorientasi objek yang saya ampu, untuk murid visual disajikan materi dalam bentuk slide yang banyak berisi gambar untuk menjelaskan analogi pemrograman struktural dan berorientasi objek. Untuk murid auditori, guru memberikan penjelasan lisan dan presentasi yang baik, serta menggunakan teknik tanya jawab konsep dengan murid secara lisan menggunakan cerita atau analogi yang mudah dipahami murid. Sedangkan untuk murid kinestetik, langsung bisa diberikan tugas praktik, contoh kode program, serta disediakan aktivitas dalam bentuk Google Collaboratory. Bagi murid yang visual dan auditori bisa memperhatikan penjelasan guru dengan slide dan tanya jawab, sedangkan murid kinestetik diijinkan untuk menyalakan komputer dan membuka latihan dan contoh program sederhana yang merepresentasikan konsep pemrograman struktural dan berorientasi objek, sehingga murid dapat langsung mencoba. Dengan demikian murid akan merasa nyaman dalam belajar karena kebutuhan belajarnya terpenuhi, sehingga dapat membantu mencapai hasil belajar yang maksimal.

Dari uraian dan contoh di atas bisa ditarik benang merah, bahwa ketika seorang guru melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, maka pada hakikatnya guru tersebut sedang melaksanakan yang berpusat pada murid, yang mana hal ini sesuai dengan prinsip Ki Hdjar Dewantara yaitu pendidikan yang menghamba pada murid.

Tinggalkan Balasan